top of page

Memaknai Arti Kecil dalam Bingkai Rupa

Alif Aflah Yafie


Sore, 16 Januari 2022. Saya mengunjungi pameran karya rupa yang berlokasi di Panrita Rupa Art Space, Jalan Mustafa Dg. Bunga No. 36, Paccinonggang. Tempat tersebut hadir sebagai ruang kolaborasi baru dalam berkesenian di Kota Makassar dan Kabupaten Goa. Pameran yang berlangung dari tanggal 16 sampai 23 januari tersebut bertajuk “Kecil Bermakna”.

ree
Katalog Kecil Bermakna. Karya Nila Nurjanah "Teman Sejati"

Arti kecil bermakna dalam pameran ini, bukan sekadar menawarkan keindahan saja. Menurut Rifki Aswan, kurator dalam pameran ini, bahwa ada banyak dimensi dalam memaknai kata “kecil”. Kecil tidak hanya dapat diartikan sebagi ringan, dangkal ataupun sempit. Sebab kecil juga dapat mewakili sifat sederhana, memusat bahkan berbahaya. Kecil tidak lagi dianggap sebagai bentuk, tetapi sebagai nilai yang dapat dihargai dalam kehidupan. Besarpun tidak dapat dimaknai tampa adanya kecil.

ree
Dokumentasi Merupa. Abd. Aziz, Zam Kamil dan Muh. Fadli Mengapresiasi Karya Rahmat Qadriyanto yang Berjudul "China Town"

Pameran tersebut memajang karya lukis, ilustrasi, grafis dan instalasi dari lima belas perupa. Perupa tersebut diantaranya ialah Abd. Aziz Ahmad, Ulva Pakis, Whany, Muhammad Zulfikar, Lynn, Muhammad Suyudi, Muh. Fadly Saleh, Saipal, Rahmat Qadriyanto, Iswan Bintang, Nila Nurjanah, Asman, Yasser Adam, Fiqri dan Adi Supriadi K. Pameran ini secara tidak langsung ingin membuka peluang seluas-luasnya dalam menjelaskan makna “kecil” dari karya rupa.

Karya berukuran paling kecil pada pameran ini adalah 20x20cm. Jelas, bahwa ukuran tidak dapat membatasi luasnya makna dari sebuah karya. Berjudul “Teman Sejati”, Nila Nurjanah melukiskan sosok perempuan dan kucing di depan sebuah toples dengan pemandangan pantai di dalamnya. Kucing kadang dianggap sebagai hewan peliharaan bagi manusia. Namun melihat karya Nurjanah tersebut, Saya memaknai peran kucing di sana bukanlah sekadar hewan saja bagi sosok perempuan itu. Kucing tersebut seakan memiliki derajat yang sama sebagai makhluk hidup, sama-sama memiliki perasaan. Harapan yang hanya dapat dilihat dalam sebuah toples dan kucing-kucing menjadi sosok teman, sama seperti judulnya. Terikatnya perasaan tidak hanya terjadi diantara sesama manusia, tetapi pada apa saja. Bukankah semesta selalu terbuka untuk dikenali?

ree
Dokumentasi Merupa. Karya Mix Media Berjudul "Berdialog Dengan Pohon".

Lukisan mix media karya Adi Supradi meperlihatkan sebuah ranting dan dedaunan yang tertempel pada bidang kanvas berukuran 41x73 cm. Bentuk tersebut terlihat seperti pohon. Daun-daunnya dilukisi bentuk mata dan bibir, sebagiannya lagi tetap mempertahankan warna daun yang masih hijau dan telah mengering kecoklatan. Warna biru muda dari bidang lukisan, seakan memberikan kesan ketenangan. Garis-garis bergelombang terlihat menggambarkan angin yang mengalir melewati dedaunan pohon.

Melihat karya Supradi, saya seakan merasa dilihat balik oleh mata-mata pada dedaunan pohon itu. Mata tersebut seakan menyampaikan sebuah pesan tampa mengatakan satupun kata-kata. Dengan judul “berdialog dengan pohon”, melukiskan bagaimana pohon sejatinya dapat berbicara, melihat dan berpikir. Layaknya manusia, pohon juga dapat merasa juga. Ia selalu menyampaikan pesan-pesannya melalui angin yang meniupi daun-daunnya.

ree
Dokumentasi Merupa. Melihat Karya Muh. Aziz Berjudul "Sebaik-baik Manusia". Di Sampingnya Karya Cukil Berjudul "Kampus" Ciptaan Saipal.

Garis spontan berpadu menjadi bentuk dan dimensi. Secara teknis, Karya Abd. Aziz Ahmad menghadirkan objek-objek dinamis dari imajinasinya. Menggunakan aksara arab dan latin, karya ilustrasi berjudul “Sebaik-baiknya manusia” dapat dimaknai sebagai bentuk penyampaian pesan dalam hadis. Adapun karya Muhammad Zulfikar, menggambarkan sebuah pesawat yang mengarah kebawah. Tulisan “pesawat tampa awak”, dapat menjelaskan bahwa pesawat tersebut jatuh dari langit disebabkan pilotnya menghilang. Dengan judul “Aqidah”, karya tersebut seakan memberitahukan bahwa tindakan seseorang yang tidak berlandaskan aqidah, sama halnya seperti pesawat tampa awak didalamnya. Ia akan terjatuh dan hancur pada hasrat dunia.


ree
Dokumentasi Merupa. Beberapa Karya yang Dipamerkan.

Setiap karya dalam pameran tersebut memiliki pesannya masing-masing. Itukah dalam memaknai kehidupan sehari-hari, mendalami nilai-nilai yang kadang dianggap remeh atau mengisahkan sesuatu yang besar dalam ukuran kecil. Walaupun saya tidak dapat menjelaskannya masing-masing dalam tulisan ini. Namun, semangat para perupa untuk menghadirkan perspektif-perspektif dalam memaknai arti kecil itu dapat diapresiasi. Dari karya-karya tersebut, dapat dipahami bahwa seni merupakan medium untuk menghadirkan bentuk-bentuk baru dalam melihat sebuah nilai kehidupan.

ree
Dokumentasi Merupa. Diskusi bersama.

Setelah magrib, di halaman depan ruko yang dijadikan ruang seni itu. Saya masuk kedalam lingkaran diskusi yang secara tidak langsung tercipta. Diskusi tersebut diisi oleh kurator Rifki Aswan dan peserta pameran, diantaranya Muhammad Suyudi, Muh. Fadly Saleh, Rahmat Qadriyanto, Nila Nurjanah dan Asman. Ada juga perupa Zam Kamil, Fantri Pribadi dan Aryo Bayu yang berkunjung di pameran tersebut. Dalam diskusi tersebut, Rifki menerangkan bahwa dibandingkan membeli karyas seni, masyarakat Makassar masih lebih memilih membeli banyak mobil ataupun benda pakai yang dapat mengangkat derajatnya di kehidupan sosial. Karya seni, umumnya masih dianggap sebagai kebutuhan material tambahan, mereka dibutuhkan hanya sebagai tambahan dalam menghias isi rumah. Pemahaman tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dalam memahami dan memaknai keindahan dalam karya rupa. Lukisan bagus hanyalah karya yang jelas-jelas saja objeknya.

Baginya, terselenggaranya pameran ini bertujuan untuk mengedukasi masyarkat dalam melihat karya seni secara lebih luas dan membangun semangat apresiasi terhadap karya seni. Keindahan karya seni, bukanlah terlihat dari material yang membentuknya saja, tetapi makna yang lahir dari pengalaman berketubuhan seorang seniman itu sendiri.

Kadang terdengar agak utopis, mengharapkan lingkungan masyarakat dapat memandang kesenian sebagai nilai penting dalam kehidupan. Sebab seringkali kita mendengar orang-orang mengatakan bahwa ia menyukai apapun tentang seni, mudah menceritakan bagaimana keindahan itu. Namun, untuk menghargai nilai dari karya seorang seniman sekalipun tidak bisa. Dengan semakin bertambahnya ruang-ruang berkesenian di suatu daerah, maka semakin bertambah wadah dalam menyalurkan ekspresi kreatif dan bertukar pengetahuan. Eksplorasi dan kolaborasi dalam berkarya yang dilakukan secara konsiten, merupakan proses bertumbuhnya lingkuan berkesenian. Walaupun hanya dimulai dari langkah-langkah kecil.



ree
Dokumentasi Merupa. Foto Bersama Peseta Pameran, Kurator dan Pengunjung

 
 
 

Komentar


bottom of page