top of page

Musikalisasi Visual


ree
Galang Mario. 'Batti-batti Selayar'. 100x80cm. 2018

Galang Mario


Kata ‘musikalisasi’ hadir dalam kesenian tradisi yang memadukan antara seni musik dan sastra. Hari ini kita mengenalnya sebagai musikalisasi puisi, yaitu lantunan puisi dengan iringan musik atau pusisi yang dilagukan. Lalu apakah seni rupa bisa menjadi seperti itu?


Lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk kebutuhan dan keinginan kita di kehidupan. Warna di dinding rumah, lekuk garis dari pertemuan bidang atau berbagai jenis suara yang merasuk ke telinga kita memiliki potensi untuk membangkitkan perasaan ataupun kekaguman dalam diri kita. Dalam bidang kesenian, keterhubungan diri dengan ruang-waktu yang ditampilkan sebuah karya menjadi tujuan untuk membangkitkan kesadaran atau pengalaman baru bagi penikmatnya. Keterhubungan tersebut begitu juga terjalin pada mediumnya, yaitu antara musik (suara) dan seni visual (rupa).


Elemen antara seni musik dan seni rupa memiliki kesamaan terhadap harmoni, keseimbangan, ritme, dan sebagainya. Perupa ataupun musisi menciptakan karya yang tidak hanya membuka emosi, tetapi juga mengubah suasana hati, memicu ingatan, dan bertindak sebagai sumber kenyamanan dan inspirasi. Kekuatan diantara keduanya ialah dalam membangkitkan respons emosional. Namun apa yang membuat kedua bidang seni tersebut saling terhubung?

Dalam kehidupan, suara dan visual merupakan jembatan utama manusia dalam mengenal dan mengetahui; tanpa disadari bahkan menggunakannya secara bersamaan. Walaupun begitu kita masih mengkategorikan segala sesuatu secara berbeda, khususnya kedua cabang tersebut. Seni rupa dalam lingkup kerja visual dan seni musik dalam lingkup kerja audio, merupakan disiplin ilmu yang berbeda tapi dalam kegiatan kesenian kedua hal tersebut saling menyatu dan melebur dalam sebuah pertunjukan. Di era sekarang, teknologi hadir dalam wujud media audio visual. Jelas sudah bahwa kedua cabang tersebut saling terkait dan mempengaruhi, baik dalam proses penciptaan maupun hasil karya.

Hubungan Seni Musik dan Seni Visual

Kegiatan bermusik tidak lepas dari seni visual, seperti ilustrasi pada sebuah sampul album yang menggambarkan identitas atau tema dari lagu di dalamnya. Karya visual dapat berfungsi sebagai representasi atau tampilan dari musik; ia memperkenalkan, menambahkan daya tarik, atau mengemasnya menjadi sebuah pentas musik. Sebaliknya, musik dapat berperan dalam meningkatkan atau memperjelas gambaran suasana dari wujud visual sebuah karya. Diantara keduanya, seni musik ataupun visual dapat menjadi pemantik atau sumber inspirasi seorang seniman dalam berkarya. Musik sangat mempengaruhi proses melukis kebanyakan seniman. Musik dapat memberikan energi dan mempengaruhi suasana hati seniman di setiap jeda artistiknya, seperti jalanan menuju kondisi spiritual. Ketika seniman mendengarkan musik secara teratur, musik bisa menjelma menjadi subjek dalam sebuah karya.



ree
Roy de Maistre. 'Rhythmic Composition in Yellow Green Minor' (Art Gallery of NSW).

Nicholas chambers dalam sebuah kuratorial internasional mengatakan, bahwa tidak heran jika begitu banyak seniman kontemporer membuat karya yang terinspirasi oleh musik, dan ada juga beberapa mencoba menyatukan seni visual dan musik untuk menciptakan kebaruan. Pada tahun 1918 seniman asal Sidney, Australia bernama De Maistre dan Wakelin menciptakan karya yang menceritakan ‘analogi’ antara spektrum warna dan skala musik. Dalam karyanya tersebut mereka menyatakan warna sebagai nada, seperti lukisan berjudul “Komposisi berirama dalam minor hijau kuning” dan “Syncromy dalam mayor orange”. Karya tersebut mencoba menggambarkan sebuah musik, sekaligus berfungsi sebagai score dengan bantuan keyboard berwarna. Karya tersebut ditujukan tidak hanya untuk dipamerkan, tetapi juga dapat dipentaskan.


Keterkaitan antara musik dan visual juga membuktikan semakin berkembangnya gagasan terhadap seni dan cara memandangnya. Pada tahun 2015, pameran Intersection: Art & Music dilaksanakan di Oak Park Art League (OPAL). Pameran tersebut menghadirkan karya visual dengan tema musik yang mencerminkan dampaknya terhadap masyarakat. Kekuatan dari pameran ini ialah menciptakan hubungan harmonis antara musik dan seni rupa. Simbiosis antara kedua bentuk seni mencerminkan pengaruh satu medium terhadap medium lainnya.


Jika melihat dari proses penciptaan, hubungan itu juga terjadi pada seniman Lewis. Lewis menggambarkan komposisi visual dari proses mendengarkan musik, yaitu dengan ‘memvisualisasikan’ struktur komposisi musik yang didengarnya. Tepatnya, ia ingin membiarkan musik menguasai serta mengarahkan tangannya secara emosional dalam mengantarkan setiap unsur visual kepada bidang karyanya. Begitupun dengan Seniman patung asal Meksiko bernama Pedro Reyes. Ia berkolaborasi dengan beberapa musisi dan sound enginer dalam membuat mahakarya patungnya pada tahun 2015, pada pameran When Sillence Falls. Karya tersebut menceritakan sebuah hubungkan antara pengalaman, peristiwa dan emosi yang berpadu membentuk kehidupan.


Karakter serta gaya seorang kreator pada karyanya sangat terpengaruh dari lagu apa yang didengarnya. Seorang seniman atau ilustrator yang senang menggambarkan karya-karya dominan warna hitam, garis-garis eksplisit masif mendera, tidak sedikit objek yang dihadirkan berupa tengkorak dengan atribut benda metal tajam, bergaya surealis dengan nuansa kegelapan. Tipografi dalam ilustrasi mempertegas kesan tekstur yang tajam, cadas secadas musiknya, kita bisa tahu kebanyakan ilustrator dengan wujud kekaryaan tersebut sangat intim dengan musik beraliran metal, hardcore punk dan sebagainya. Kita dapat melihatnya pada hasil ciptaan Ed Repka, Morrg, Riandy Karuniawan, Arcamus dan lain-lain.


Adapun para ilustrator dengan identitas musik Pop Punk, mereka menghadirkan unsur warna-warna yang meriah, tipografi dengan garis lengkung berkesan imut, dan objek berbentuk kartun. Selain itu ada juga yang berekspresi dengan kolase, sedikit unsur bergaya urban, visual tersebut dapat dilihat dari tampilan gaya kelompok musik pop punk khususnya pada ilustrasi albumnya seperti Greenday, Blink 182, Sum 41 dan sebagainya. Musik Folks juga demikian, memiliki visualisasinya sendiri. identik dengan visualisasi kesan klasik dan sederhana. Objek umumnya bertemakan alam pegunungan, pepohonan, dedaunan, suasana senja atau malam. Begitupun dengan sub-genre lain, memiliki wujud visualnya masing-masing. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa musik memiki beragam warna untuk dapat dieksplor secara visual, begitupun sebaliknya.


Dalam Bingkai Teknologi

Kreativitas kerja kesenian memberikan wadah tanpa batasan dalam menyajikan sebuah karya. Karya visual dengan perpaduan musik (kolaborasi) yang tampil dalam sebuah pameran menjadi cara baru dan berbeda. Karya lukis ataupun ilustrasi dengan perpaduan instrumen musik akan lebih kuat terasa efeknya kepada apresiator. Dengan iringan musik, kiranya mampu menggugah perasaan lebih dalam; mendorong dan menggiring perasaan penikmat dalam menghayati isi dari wujud rupa. Metode tersebut tidak hanya dapat dilakukan di dalam pameran yang dilakukan pada umumnya, tetapi bisa juga dinikmati sebagai wujud perangkat teknologi. Dalam perkembangannya, sebuah karya dapat ditampilkan kedalam bingkai komputer atau ponsel. Musikalisasi visual dalam wujud digital kiranya bisa menjadi transformasi kebaharuan dalam melihat, memahami ataupun menikmati seni.



Salam seni….

 
 
 

Komentar


bottom of page