Pameran Angkatan Dwidasa
- merupajalanseni
- 30 Des 2021
- 2 menit membaca
Penulis: Fito

Mahasiswa Program Studi Seni Rupa Universitas Negeri Makassar (UNM) Angkatan 2020 menggelar pameran lukisan di Galeri Colli’ Pujie UNM pada Selasa 21 Desember 2021. Kegiatan ini pameran tugas mahasiswa Program Studi Seni Rupa UNM Angkatan 2020. Pameran tersebut merupakan kegiatan pameran yang pertama dilakukan setelah dua tahun aktif berkuliah. Tujuan pameran ini adalah untuk mengapresiasi karya mahasiswa Angkatan 2020 UNM.

Pameran ini bertajuk “Dwidasa”. Dwidasa dalam bahasa Sanskerta berarti dua puluh, yang juga dapat mewakili mahasiswa angkatan tahun 2020. Konsep kegiatan ini merupakan pembauran dua kebudayan sebagai konsep kegiatan. Budaya yang dibaurkan adalah budaya Jawa dan budaya Makassar.
Ada beragam unsur kebudayan yang menjadi tema lukis disini, yaitu; flor fauna dan tradisi di beberapa daerah Indonesia. Dari limapuluh dua karya yang dipamerkan mahasiswa angkatan 2020, Saya tertarik pada empat karya.
Lukisan Suci Amalia yang berjudul “Dalang Setan”, merupakan bentuk penghormatan kepada tokoh pewayang terkenal bernama Ki Manteb Sudarsono. Dalang setan merupakan julukan Ki Menteb Sudarsono oleh para penggemarnya.
Salma Ramadani memamerkan karya berjudul “Hidden Lake”. Karya tersebut mewakili keinginan pelukis untuk mengunjugi labuan bajo yang belum terwujud. Salma melukiskan panorama gunung, pantai dan bukit yang hanya dapat di temukan di Labuan Bajo.
Fachri Ramadhan memamerkan karya berjudul “Ikatan Harmoni 3 Ikan Koi”. Karya tersebut mengisahkan tentang persahabatan. Ikan yang punya daya tarik untuk di pelihara karena memiliki keunikan warna sisik, ikan koi dianggap ikan pembawa keberuntungan, sebagai simbol cinta dan persahabatan.
Karya Muhammad Idul Fitrah berjudul “Penempa Besi”. Lukisan ini menunjukkan keinginan untuk mengenalkan kebudayan orang Wakatobi. Kepulauan Wakatobi dijuluki pulau pandai besi.

Pameran ini mendapat apresiasi mahasiswa senior Seni Rupa UNM, Alif Aflah Yafie (Angkatan tahun 2016). Menurut Alif, konsep dan karya yang dipamerkan tidak selaras, karena konsep pameran tersebut berbicara tentang pembauran dua kebudayaan (Jawa dan Makassar) sedangkan tema karya yang dipajang memperlihatkan berbagai kebudayaan di Indonesia, diantaranya kebudayaan Papua, Jawa, Toraja, dan Makassar. Selain itu menurutnya penggarapan karya tersebut terlihat menurun dari angkatan sebelumnya, karya yang dipamerkan masih belum maksimal penggarapannya. Mungkin belum memadai atau batas kemampuan mahasiswa tersebut hanya sampai disitu.
Ada juga tanggapan mahasiswa senior lainya, Harifing (Angkatan tahun 2017). Menurut Harifin, objek tidak sesuai dengan rencana tema. Semestinya kegiatan ini mengusung ragam kebudayaan, bukan 2 kebudayaan. Penggarapan karya belum maksimal dan masih butuh banyak latihan dalam berproses.
Adapun tanggapan saya sebagai panitia pameran, sebagian dari karya mahasiswa masih belum maksimal. Tapi inilah tahap belajar mahasiswa dalam proses berkarya. Apresiasi yang di berikan oleh para senior Seni Rupa UNM menjadi motivasi dan semangat untuk kami dalam belajar berbagai teknik dalam berkarya seni rupa.





Komentar