Puncak Kekaryaan Sebagai Mahasiswa Seni Rupa Makassar
- merupajalanseni
- 7 Jun 2022
- 7 menit membaca
Alif Aflah Yafie
Pameran studi akhir selalu hadir mewajahkan puncak kekaryaan mahasiswa seni rupa di kota Makassar, sekaligus sebagai babak penentuan akan menjadi apakah dia setelahnya.

Pikiran seorang seniman dapat dilihat dan dipahami dari bagaimana ia mengejawantahkan gagasannya menjadi karya. Pengetahuan yang ditemukan dari berbagai proses pengalaman dan pendalaman menciptakan seniman berbeda satu sama lain, yaitu memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri dalam melihat kehidupan dan menghidupi kehidupannya; memanfaatkan berbagai media dan teknik dalam merangkai berbagai media menjadi sebuah karya.
Namun proses berkesenian seorang seniman tidaklah mudah untuk dibentuk dengan sekejap. Zamkamil, seorang seniman kelahiran Soppeng yang karyanya sempat hadir di beberapa kegiatan pameran internasional dan masuk dalam situs lelang askART di Amerika berpendapat bahwa keberhasilan seorang seniman dilihat dari seberapa konsistennya dalam berkarya. Terdapat empat fase yang harus ditempuh menurutnya, yaitu fase belajar, fase memulai karir sebagai seniman, fase berkeluarga dan fase akhir (saat umur seseorang tidak muda lagi). Apabila seseorang dapat konsisten dan tetap produktif menghasilkan karya hingga akhir hidupnya, maka dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil sebagai seniman.
Mahasiswa seni rupa dapat dikategorikan dalam fase pertama, yaitu pada fase belajar. Pada masa perkuliahan, mahasiswa akan berproses dalam masa pembelajaran yang bersifat khusus sesuai dengan bidang kejuruannya. Di bidang pendidikan seni rupa, mahasiswa akan diperkenalkan pada dasar-dasar berkesenirupaan yang bertujuan untuk memberikan pengalaman khusus terkait proses kekaryaan dan apresiasi. Perkuliahan seni rupa memiliki peran dalam menumbuhkan kesadaran mendalam terkait bagaimana melihat dan memaknai apa yang dimaksud dengan seni itu, bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai seni di lingkungan sekitar.
Kota Makassar memiliki dua universitas yang menyediakan bidang kejuruan seni rupa. Walaupun dalam bingkai keguruan, kampus seni ini telah berperan dalam merangsang semangat mahasiswa untuk aktif berkarya dan menghadirkan generasi baru di lingkungan berkesenirupaan Makassar. Keaktifan mahasiswa dalam berkreasi dapat dilihat dari terselenggaranya kegiatan kesenirupaan yang dikarsai oleh kelompok himpunan ataupun perkumpulan mahasiswa seni; keaktifan bebrapa mahasiswa juga terlihat dalam kegiatan pameran yang diselenggarakan oleh kelompok seniman Makassar. Adapun pameran studi khusus merupakan kegiatan wajib setiap mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang akhir sebelum mendapatkan gelar sarjananya. Pameran studi khusus dapat dilihat sebagai puncak kekaryaan mahasiswa setelah menempuh berbagai macam proses penempaan pengetahuan di bangku perkuliahan.
Batas kulminasi, merupakan tajuk sebuah pameran yang diselenggarakan oleh mahasiswa tingkat akhir Universitas Muhammadiyah Makassar. Kata ākulminasiā diistilahkan dalam menyatakan sebuah kegiatan pameran akhir. Pameran di sini dianggap sebagai penghadiran berbagai pengalaman dan pendalaman seorang seniman yang telah tersimpan dan terakumulasi sebagai karya. Batas kulminasi memiliki makna batas tertinggi atau puncak dari proses berkesenian mereka sebagai seorang mahasiswa. Tajuk tersebut juga mempertegas bahwa niat mereka dalam menyelenggarakan kegiatan pameran itu untuk tujuan akademik, yaitu pameran studi akhir yang wajib mereka tempuh sebelum dapat menyelesaikan studi mereka sebagai mahasiswa pendidikan seni rupa. Taufiq, seorang mahasiwa yang berpameran saat itu berpendapat bahwa kegiatan pameran studi akhir merupakan proses paling penting sebagai mahasiswa seni, sebab untuk merealisasikan kegiatan tersebut terdapat begitu banyak proses yang harus ditempuh. Bahkan lebih sulit dari pada menyelesaikan program skripsi tandasnya.
Taufiq menerangkan bahwa karyanya tidak serta-merta dikerjakan secara langsung dan tinggal dipamerkan saja. Dalam mata kuliah pameran studi khusus yang diprogramkan, mahasiswa diharuskan untuk dapat mempertanggung jawabkan setiap gagasan dasar dari karya yang ingin mereka ciptakan. Adapun dosen pembimbing bertugas sebagai konselor terkait teknis untuk menguatkan konsep dari tema yang ingin dihadirkan setiap mahasiswa. Sepert tema perang dalam sejarah Islam yang dibawakan Taufiq sendiri, memerlukan empat bulan untuk mengumpulkan fakta historis dalam hadist dan buku-buku terkait sejarah perkembangan Islam. Dari proses tersebut, ia melukiskan bagaimana perselisihan dan pertempuran yang terjadi antar pihak di dalam sejarah perkembangan islam. Bukan hanya peperangan antara kaum muslim dengan musuhnya, Taufiq juga menggambarkan konflik-konfilk antar sesama utamanya dalam kasus politik kekuasaan selepas wafatnya Rasulullah SAW.

Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 8-11 Februari 2022 ini juga memamerkan karya dari enam mahasiswa lain. Selain lukis, terdapat juga karya ilustrasi, fotografi, kolase dan kriya kayu. Kekhasan dari setiap pameran karya studi khusus mahasiswa UNISMUH ialah pada pemilihan tema-tema islam yang umum ditampilkan dengan berbagai macam bentuk eksplorasi, utamanya pada bentuk-bentuk kaligrafi arab. Seperti karya Rabiatul Alawiyah yang melukiskan kaligrafi asmaul husna (nama-nama baik Allah SWT) dalam bentuk kufi pada kanvas-kanvas yang disusun seperti kolase. Kaligrafi tersebut juga dipadukan dengan berbagai macam jenis bunga yang dapat mengartikan sifat dari setiap nama. Selain itu, eksplorasi dari Suci Apridayanti dengan gulungan-gulungan kertas warna-warni yang disusun menjadi kolase. Sama dengan Rabiatul Alawiyah, Suci juga menggambarkan kaligrafi asmaul husna pada karyanya. Eksplorasi pada kaligrafi arab juga terliat pada lukisan bertemakan sejarah perang islam ciptaan Taufiq. Walaupun mengutamakan bentuk-bentuk simbol, Taufiq juga melukiskan nama peristiwa bersejarah tersebut secara samar dengan menggunakan warna latarnya yang sama. Kita juga dapat melihat tema islami pada karya Muhajir Daeng Bali yang mengkreasikan objek-objek hewan dalam kisah Nabi-nabi pada karya kriya kayu, atau pada karya Firtiani Bakri yang memvisualisasikan wajah tokoh-tokoh Aisyiyah. Tokoh tersebut merupakan perempuan berpengaruh dalam perkembangan Muhammadiyah.
Selain itu, tema kebudayaan lokal juga turut dihadirkan dalam pameran ini. Seperti pada karya Zulfandi yang mengilustrasikan tradisi Mandar dengan menggunakan dominasi warna merah muda, jingga dan ungu. Ada juga karya fotografi dari Fahril Fausan yang menghadirkan hasil jepretanya tentang jajanan khas Makassar. Tidak hanya sekadar memotret makanan, Fahril dalam karya fotografinya ingin menceritakan bagaimana aktifitas sang penjual menyiapkan jualannya dan bagaimana interaksi yang terjadi saat proses interaksi dengan pembeli.
Kegiatan yang dilangsungkan di Etika Studio ini memperlihatkan kepada kita bahwa sebuah pameran studi khusus dapat menjadi sarana eksplorasi para mahasiswa untuk mempertunjukkan bagaimana hasil pembelajarannya selama proses berkuliah di suatu institusi. Bagaimana sebuah lingkungan dapat mempengaruhi proses berkesenian seseorang; bagaimana ia menyajikan tema dalam karya-karyanya dan bagaimana ia membangun menejemen dalam sebuah kegiatan kesenirupaan. Terlepas apakah setelahnya lulus akan melanjutkan jenjangnya di bidang keguruan atau tetap berkarya sebagai seorang seniman, sekiranya kegiatan ini dapat menjadi momen berharga bagi mahasiswa sebelum mendapatkan gelarnya dan masuk dalam lingkungan masyarakat sepenuhnya. Sebagai seorang pendidik, proses berkesenian yang dialami saat kuliah dapat menjadi preferensi dalam menghadirkan momen belajar seni yang efektif bagi peserta didik. Pendidik juga memiliki wawasan luas dalam mengembangkan bahan dan cara ajarnya sesuai pengalaman yang dimilikinya.
Walau terselenggaranya kegiatan tersebut belum tentu dapat menghadirkan kebaruan wacana ataupun kemajuan yang berarti dalam iklim kesenirupaan daerah, tetapi pameran studi khusus dapat dihitung sebagai pegisi kekosongan momen kesenian di daerah Makassar yang masih jarang terlaksana dan tersentuh oleh publik secara umum.
Pentingnya pameran studi akhir

Pameran studi khusus dapat dikelompokkan sebagai jenis pameran yang bersifat insidental, yaitu kegiatan pameran yang diadakan untuk menjalankan tujuan tertentu di luar pelaksanaannya. Sebagai mahasiswa, pameran studi khusus menjadi hal penting untuk dilakuakan sebagai kewjiban dalam memenuhi SKS perkuliahan. Namun pameran studi khusus dapat juga menjadi wadah para mahasiswa untuk eksis sebagai mahasiswa seni yang layak mendapatkan apresiasi dan kritik melalui karya ciptaannya.
Pameran studi khusus yang selalu diselenggarakan mahasiswa program studi pendidikan seni rupa menjadi momen penting untuk masyarakat seni di kota Makassar. Tidak hanya sebagai momentum bagi para penyelenggara untuk mempertunjukkan karya akhirnya, pameran dapat menjadi ruang untuk saling bertukar pengetahuan antar sesama mahasiswa seuniversitas atau di antara universitas yang berbeda. Selain itu, pameran dapat menjadi ajang pencarian bakat-bakat baru di bidang kesenirupaan. Pameran studi khusus merupakan perwajahan kampus di ruang publik, yaitu sebagai lembaga yang berfungsi untuk menyiapkan generasi-generasi berkompeten di masa depan. Dengan penyelenggaraan terbuka untuk umum, kegiatan ini dapat diupayakan sebagai media perkenalan dan promosi kampus dalam menggait calon-calon mahasiswa baru nantinya.
Kegiatan yang dirancang oleh para mahasiswa dalam menuntaskan tugas akademiknya ini dapat menjadi hal penting dalam menentukan apakah fakultas tersebut telah berhasil membina serta menciptakan lingkungan berkesenian yang baik untuk mahasiswanya atau tidak. Dengan proses bimbingan yang bertujuan untuk mengangkat potensi setiap mahasiswa dalam berkreasi, kegiatan yang menghasilkan ratusan atau ribuan karya ini diharapakan dapat menghadirkan kebaruan-kebaruan ide serta gagasan dalam berkesenirupaan; tidak sekadar mengangkat nilai jual ataupun berdasar kebutuhan ekonomi, tetapi menghadirkan karya bermutu sekaligus merefleksikan intelektualitas si pencipta dan ciptaannya.
Aktifinya kesenirupaan dapat mencerminkan seberapa besar kesadaran atas pentingnya seni di suatu daerah, namun kegiatan pameran mahasiswa ternyata masih belum dipandang sebagai hal penting walaupun menjadi syarat utama dalam menyelesaikan studi perkuliahan. Kurangnya perhatian tersebut terlihat pada perubahan-perubahan kurikulum yang semakin mengurangi porsi pengembangan akademik mahasiswa dalam bidang kesenian dan lebih mengutamakan penyiapan mahasiswa untuk terjun sebagai tenaga pengajar. Terdapat kekhawatiran bahwasanya apabila mahaswa lebih difokuskan dalam berkesenian, maka setelah lulus ia akan lebih memilih untuk menjadi seniman, bukannya menjadi guru.
Kegiatan pameran studi khusus memang dapat dikatakan sebagai momen para mahasiswa untuk bebas berkreasi dan berekspresi layaknya seorang seniman, tetapi tidak dapat menentukan apakah selanjutnya akan terjun ke dunia berkesenian ataukah melanjutkan perannya sebagai pendidik. Kurangnya sosok-sosok baru dari latar akademisi untuk terjun dalam lingkungan seni menjelaskan bahwa perkembengan kesenirupaan Makassar sedang mengalami kemandetan terkait eksistensinya di masa depan nanti. Adapun semakin condongnya para pemuda era sekarang untuk masuk ke dalam pasar digital atau menjadi pengusaha di bidang industri kreatif malah menjadikan kreatifitasnya dipolakan oleh kebutuahan konsumen; kesadaran tentang dunia kesenian belakangan ini akhirnya dituamakan untuk menyelaseikan masalah keuntungan nilai jual.
Kampus dengan kejuruan seni seharusnya mampu untuk memfasilitasi mahasiswa dalam mengasah kemampuan dasarnya secara kritis dan kreatif. Sebagai calon pengajar justru sangat penting untuk dapat memahami secara mendalam bagaimana nilai yang terkandung dalam setiap proses berkesenian, agar bukan hanya tranfer keilmuan secara teknis saja. Pembelajaran kesenian seharusnya dapat menjelaskan pengertian apa itu seni dan membimbing bagaimana penerapannya di kehidupan. Calon-calon guru seni sebelumnya perlu mengalami, merasakan secara langsung bagaimana ekspresi, kreasi dan apresisasi seni dilakukan. Dan hanya di bangku perkuliahanlah ia dapat temukan pengalaman tersebut.
Peran kampus dalam pameran
Dalam jurnal ilmiah yang disususn oleh Yabu M., Aziz Ahmad dan Irfan Arifin berjudul āPanduan studi khusus dan pameran tugas akhir mahasiswa program studi pendidikan seni rupa fakultas seni dan desain Universitas Negeri Makassarā, menjelaskan pentingnya kesamaan persepsi antara pihak kampus, dosen pembimbing dan mahasiswa dalam menyelenggarakan pameran studi khusus. Pentingnya penyempuranaan instrumen bimbingan ini didasari atas pelaksanaan bimbingangan yang sebelumnya belum efektif. Bagi mahasiswa sendiri menyelenggarakan kegiatan pameran studi merupakan sebuah pengalaman baru, yaitu menyiapkan karyanya untuk dipamerkan sekaligus mengadakan pameran terbuka untuk umum.
Di sini, umumnya masih ditemukan sampai sekarang adanya mahasiswa yang belum memahami bagaimana sebenarnya mekanisme pelaksanaan kegiatan dari awal hingga akhirnya seperti apa. Dalam proses bimbingan, dosen pembimbing memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan gagasan dan teknik berkarya anak bimbingannya tersebut sebelum nantinya akan dipajang. Dosen pembimbing memiliki kewajiban untuk menguji layak-tidak layaknya karya mahasiswa bimbingan studi khususnya untuk dipamerkan, sekaligus memiliki hak untuk dapat menolak karya yang belum siap dan tidak pernah dikonsultasikan.
Yabu dkk juga menerangkan bahwa untuk memudahkan proses pembimbingan, mahasiswa sebaiknya bersedia untuk dapat mengerjakan karya studi khususnya di studio dengan fasilitas yang mendukung. Kesediaan tersebut diminta untuk dapat memberikan jangkauan proses bimbingan dan konseling siswa dan dosen pembimbingnya. Dalam hal ini program studi sebagai pihak kampus memiliki kewajiban, diantaranya yaitu: (1) menyiapkan fasilitas studio berkarya mahasiswa; (2) menunjuk tim penilai karya pameran untuk mahasiswa yang telah memenuhi syarat berpameran; (3) memberikan pelayanan kepada mahasiswa dalam menyediakan fasilitas pendukung kegiatan pameran.
Kehadiran pembimbing tidak hanya sesampai karya yang dikreasikan telah selesai, tetapi pembimbing perlu memberikan pembimbingan hingga karya mahasiswa bimbingannya telah terpamerkan. Sebab, umum terjadi kekurangan mahasiswa dalam menyiapkan pameran yang ideal sesuai dengan kriteria kampus, terutama pada penyiapan karya, seperti cara pemajangan atau mendisplay ruang pamer dengan baik. Mahasiswa yang akan berpameran juga diupayakan untuk dapat antusias dalam meyiapkan kegiatan dengan optimal dan tidak sekadar penyelesaian kewajiban saja. Kegiatan pameran studi kusus yang dilakukan oleh setiap mahasiswa pendidikan seni rupa di Makassar tidak dapat dilihat hanya sebagai tahapan untuk mendapatkan gelar, tetapi sebagai sebuah penciptaan momen atau pengalaman yang mungkin saja tidak akan terulang kembali setelah bergelar nanti.





Komentar