Republik yang Menghubungkan dalam Revolusi Esok Pagi Jilid 3
- merupajalanseni
- 8 Nov 2022
- 18 menit membaca
Diperbarui: 27 Nov 2022

Galang Mario
Sudut kota Makassar telah dimeriahkan oleh gerak Revolusi Esok Pagi jilid 3 yang kembali menghadirkan wacana Republik dalam pameran seni rupa, untuk kita nikmati sebagai bagian dari publik. Mengutip TribunTimur.com (25 Oktober 2022), perisitiwa senirupa ini secara filosofis bertujuan untuk membaca isu kedaulatan rakyat dalam demokrasi menjelang pemilu 2024. Menampilkan karya 30 perupa di Rumata’ Artspace. Pameran yang berisi persepsi publik yang dikemas menjadi karya senirupa di antaranya seni lukis, seni instalasi hingga ilustrasi. Pameran ini tidak hanya menampilkan beragam karya seni rupa tetapi juga mencoba menghadirkan berbagai ajang kesenian lainnya seperti penampilan musik akustik, seni pertunjukan, diskusi seni (Talk show dan Artis talk) dan lain-lain.
Pameran bertajuk Republik ini merupakan momen peristiwa kesenirupaan di Sulawesi selatan yang menarik untuk kita apresiasi di tahun 2022. Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, menjadikannya momentum terhubungnya para pemuda-pemudi, para seniman dan masyarakat. Selain itu, pameran yang terselenggara selama 28-30 Oktober 2022 ini merupakan sebuah jejak baru dalam perkembangan seni rupa di Sulawesi selatan khususnya Makassar.

Republik yang menghubungkan
Ketika kita membahas republik maka kita akan membahas tentang publik dan segala persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan yang hadir pastinya berangkat dari masing-masing individu sebagai manusia hingga menyatu menjadi persoalan bersama sebagai warga negara. Masalah rakyat juga masalah pemerintah tapi semua itu pastilah kembali kepada rakyat sebagaimana sejatinya arti republik itu sendiri, ialah kempali ke publik. Publik merupakan kumpulan warga negara yang memiliki kekuasaan dalam menentukan arah masa depan negaranya lewat suara, perbuatan, aksi, penyampaian pendapat yang setidaknya menjadi solusi. Ada banyak cara dalam menyampaikan pendapat, tapi cara yang indah cuma satu, ialah melalui seni. Selain sebagai media ekspresi seni juga menjadi jembatan bagi ruang publik antara rakyat dan pemerintah.
Sungguh dangkal kita bila memaknai seni sekadar keindahan. Seni pada unsurnya yang fundamental justru mengungkapkan atau mengekspresikan kenyataan yang sebenarnya. Jika hanya dianggap sebagai keindahan, maka menjadi sempit dan kemungkinan dapat menutupi kenyataan yang sebenarnya, sebab pemahaman yang terbangun hanya soal keindahan. Seni secara simbolis hadir tidak langsung mengungkapkan kenyataan yang pasti begitupun dengan solusi, tapi setidaknya melalui simbolisme justru mampu mengungkapkan kenyataan dengan konkret, sebab bahasa simbol dianggap efektif mewakili kenyataan yang terjadi.
Berdasarkan dialektik historisnya, seni menjadi alat perlawanan para revolusioner khususnya seniman indonesia pada masa penjajahan. Resistensi seni nampak paling nyata ketika berhadapan dengan kekuasaan yang diktator, otoriter, tirani dan kontra revolusi. Hadir dengan gagah sebagai media paling depan dalam menyuarakan kepentingan masyarakat akan kebebasan dan perubahan. Sejarah seni Indonesia dari masa penjajahan Belanda, pendudukan Jepang hingga masa Revolusi 1945, merupakan bukti bahwa seniman berperan besar dalam menggerakkan semangat para pejuang dan memperjuangkan kemerdekaan lewat karya dan propagandanya kala itu. Salah satu tokoh ialah Raden Saleh, dengan karya-karyanya mencerminkan semangat nasionalis, seperti lukisannya yang berjudul hidup dan mati. Begitupun karya seni mural maupun poster yang beredar di ruang publik kala itu, sebut saja poster yang berbunyi “Boeng ajo boeng” karya Affandi dan Chairil Anwar yang mampu memberikan semangat bagi para pejuang. Semangat nasionalis seni Indonesia terus tumbuh hingga membentuk asosiasi seni seperti Taman Siswa, PERSAGI, POETRA dan Keimin Bunka Shidoso. Kini seni telah memiliki ruang untuk tumbuh dalam sebuah akademik yang mampu menyebarkan virus-virus kesenian kepada generasi muda. Pada akhirnya semangat revolusi seni tidak hanya pada perkumpulan atau kelompok seni saja, diperkuat dengan hadirnya seni kontemporer yang dalam proses penciptaannya tidak lagi mengacu pada teknis karya, tetapi pada konsep yang membuat semua orang diberi ruang untuk mengekspresikan gagasannya. Seni pun kini meluas dan menyatu dalam kehidupan masyarakat. Seni menjadi bagian dari kehidupan dan masyarakat merupakan bagian dari seni.
Beberapa seniman Sulawesi selatan dan Sulawesi barat hadir mewakili rakyat untuk menyampaikan persepsi tentang publik hari ini, dalam pameran Revolusi Esok Pagi. Kegiatan yang mempertegas fungsi seniman di masyarakat serta sebagai penghubung. Pameran Revolusi Esok Pagi turut memberikan kontribusi pada perkembangan seni rupa Indonesia khususnya di Sulawesi selatan meskipun di ranah seni rupa pasca-modern dengan konteks sosiologis dan pengaruh estetiknya. Eksistensi itu kini dibangun oleh perupa Sulawesi selatan. Praktik seni rupa kini tidak lagi berbicara tentang “seni untuk seni” tetapi “seni untuk publik”. Gerakan sosial lewat seni. Dalam pameran karya yang disajikan kepada publik menampilkan berbagai persepsi tentang republik. Di luar dari itu, yang menarik kita petik ialah tentang seni selain sebagai media ekspresi atau katarsis; seperti pandangan Aristoteles, juga sebagai jembatan bagi ruang publik. Sebuah media komunikasi rasa dan pesan yang menghubungkan kita semua sebagai publik. Keterhubungan tersebut tidak hanya menyangkut persepsi antara seniman dan penikmat atau publik dalam sebuah karya tetapi juga hubungan antara perkumpulan seni di Sulawesi selatan yang hadir seperti ARTifact Project, Kelana Art Space, Merupa Institute, Outistik Empire, Abstrak Rupa, Indonesian Sketcher Makassar dan sebaginya. Begitupun kelompok kesenian lainnya, seperti Sombala Art dengan pertunjukannya dan Komunitas Seni 4 titik dengan pentas pantomim, atau Has dan Evan dengan musik akustiknya. Kehadiran akademik hingga pejabat publik pun turut meramaikan dalam kegiatan terutama diskusi seni. Semua unsur tersebut menyatu dan terhubung dalam pameran Revolusi Esok Pagi. Adapun hal yang patut kita banggakan ialah kegiatan ini mencoba untuk merangkul para perupa hingga melahirkan regenerasi kesenian yang kiranya sebagai penyambung estafet seni rupa kedepannya. Semoga geliat kesenian ini terus dirawat dan bertumbuh memberikan wadah dan nafas keindahan pada publik dan menjadi langkah terbaik seni rupa Sulawesi selatan yang lebih maju.

Kritik Seni Pameran Republik
Karya yang hadir berangkat dari ekspresi subjektif para seniman dalam menyikapi kondisi publik. Penulis menilai visualisasi karya terlihat berani dan baru. Kini mulai menyentuh wilayah konseptual dan unik. Hal ini menjadi wajah perkembangan seni rupa Makassar. Patut untuk kita apresiasi dan kritik, bila perlu diteliti lebih jauh.
Jika kita mengkritik dari segi pameran senirupa secara keseluruhan, kita akan mendapatkan masalah yang hadir dari tata kelola ruang, penentuan karya yang dipamerkan dan sebagainya, tetapi setidaknya pameran khususnya Revolusi Esok Pagi telah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dalam segi keterlibatan masyarakat, konsep kegiatan yang menghadirkan diskusi dan beberapa kegiatan kesenian lainnya. Maka penulis hanya mencoba fokus pada karya seni rupa dalam pameran.
Kritik seni merupakan proses mengamati, menanggapi atau menilai secara menyeluruh karya seni dengan cara yang objektif sesuai data. Proses kritik seni tidak hanya untuk menanggapi kekurangan karya yang sifatnya negatif tetapi juga positif dan untuk mengetahui tujuan karya tersebut dibuat. Kritik seni sebagai jembatan dari hasil uraian karya yang menjadi informasi untuk penikmat. Karya seni memiliki simbol tertentu yang tersembunyi di balik unsur seperti bentuk, garis, bidang, warna dan sebagainya. Simbol tersebut pastinya memiliki arti yang menjadi sebuah pesan dari seniman untuk orang lain.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk menanggapi karya rupa yang tampil dalam pameran. Sebelum itu perlu kita ketahui, bahwa karya yang tampil mengacu pada tema umum dari publik, bukan hanya spesifik tentang konsep republik yang bermakna keresahan pada kekuasaan. Jika kita melihat secara keseluruhan karya yang hadir dapat dikelompokkan menjadi seni lukis, seni grafis, seni instalasi dan seni video grafis. Secara umum gaya atau aliran yang hadir cenderung menggunakan gaya ekspresi dan surealis yang bersifat simbolis sebagai wujud konsep dan perasaan para perupa. Pesannya dapat kita temui dari unsur materi yang nampak dalam karya, dimana lebih menitik beratkan pada kekuatan konseptual, selain indah juga mudah untuk kita pahami maksud di baliknya, ditambah lagi dengan deskripsi karya maka tegaslah sudah pesan yang ingin disampaikan
.
Dalam aliran seni rupa, ekspresionisme merupakan mazhab di mana proses berkarya, seniman lebih mengutamakan curahan batinnya secara bebas. Gaya ekspresi bukan hanya pada spontanitas seniman pada garis, warna atau bentuk yang ekspresif pada karyanya tetapi dalam menyampaikan gagasannya yang tercurah dalam karya. Penulis membagi gagasan itu dalam tiga tema berdasarkan judul, isi dan visualisasi yang ditampilkan. Ialah keresahan publik, harapan publik dan wajah publik.
1. Keresahan publik
Keresahan yang tergambarkan bukan hanya individu seorang terhadap lingkungan tetapi juga pada penguasa. Karya tersebut di antaranya.

- Lukisan yang berjudul “Acta est Eabula” karya Zamkamil yang menggambarkan keresahan dan perlawanan dengan tulisan dan bentuk-bentuk yang simbolis. Jika dilihat keseluruhan objek karya, karya tersebut berisi narasi yang diutarakan lewat simbol. Kita bisa membacanya dari atas turun kebawah. Nampak bagian atas terdapat ungkapan latin yang betuliskan “vox pupuli vox dei!”, berarti suara rakyat adalah suara tuhan. Sebuah teriakan yang terkenal menuntut demokrasi. Lalu berlanjut dengan kata oligarchy atau oligarki dan dibawahnya bertuliskan “keparat”. Jika dihubungkan maka berarti rakyat marah menuntut demokrasi pada sistem oligarki yang terjadi. Kemudian terdapat gambar kuda yang biasa digunakan sebagai kendaraan perang yang berarti pejuang dengan kontur garis putih, didalamnya berisi gambar manusia yang sedang bermain biola sambil menembak apel dengan tandah arah panah berisi tulisan “dor”. Di Sebelah kanan apel terlihat gambar tangan yang sedang menunjuk apel dengan kontur putih bertuliskan “survive”, sebuah bagian dari kutipan di atasnya ialah “Love and compassion are necessities, not luxuries, Without them, humanity cannot survive” yang berarti cinta dan kasih sayang adalah kebutuhan dan kemewahan, tanpa mereka, umat manusia tidak dapat bertahan hidup. Kutipan tersebut berasal dari dalai lama (pemimpin spiritual Tibet) ke 14. Jika dihubungkan dengan buah apel, ialah cinta dan kasih sayang. Buah itu jatuh diatas sosok manusia dengan posisi terlentang dengan tangan yang menutup hidup. Di atasnya ada lalat yang berarti ada kebusukan atau keburukan. Kemudian di sampingnya terdapat tulisan “PUBLIK ENEMY” atau musuh rakyat. Jika dilihat komposisi tulisan mengarah kepada gambar manusia. Dari keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa lukisan ini selain memperlihatkan realitas keresahan publik juga memberikan kesadaran akan perjuangan revolusi. Deskripsi dari karya ini ialah …dan aku hanya bisa bilang, KEPARAT!
- Lukisan yang berjudul “Predator of the Nation”, karya Cak Hasan yang menggambarkan wujud-wujud denyut yang menyeramkan bermata satu. Tubuh yang saling memangsa dan merekah tak karuan dengan mata yang saling menatap. ada wujud yang pudar, ada yang utuh, dan ada juga yang melebur menghasilkan wujud baru lalu merusak wujud yang lain. Makna “kejahatan” terlihat dari penggunaan warna merah yang dominan pada wujud yang besar, adapun yang bersisik layaknya siluman, dan beberapa bagian terdapat wujud berupa api. Pada lukisan tersebut, dengan gamblang memperlihatkan kebengisan untuk saling menguasai. Deskripsi dari karya berbunyi: Negeri ini terlalu banyak orang-orang atau para pejabat yang justru menghancurkan dan menghabisi negaranya sendiri karena kerakusan
.
- Lukisan berjudul “Siluman Parpol” karya Irwan Nuhung. Ia juga menggambar wujud aneh dan menyeramkan. Wujud tersebut bagaikan siluman atau bisa berupa binatang rendahan. Sebuah wujud dari siluman parpol sebagaimana deskripsi karya, yaitu. Kaum rendahan, jiwamu dan jiwaku sama. Perasaan yang kau miliki sama denganku. Akan tetapi hati dan matamu berbeda denganku. Kerendahanku dan kerendahanmu bagaikan tanah dan langit, ternyata….kamu hina di mata sesamamu.
- Lukisan berjudul “Otoritas Sesat dan Sesak Text”, karya Rahmat Polanagau. Karya tersebut menggambar dua botol kosong sebagai pusat karya, melayang mengeluarkan gelembung menjadi awan mendung. Botol tersebut berupa simbol yang mengilustrasi omong kosong lalu menumpuk menjadi awan mendung. Pada ruang latar lukisan, terdapat tulisan-tulisan yang padat dan sesak; kabur tak jelas di jalanan hingga menyerupai hamparan alamnya. Selain itu, terdapat manusia yang mati terbungkus kain putih, di atas kepalanya berdiri potongan bambu runcing tertanam, dililit benang merah yang berarti sebuah tirani. Kondisi waktunya sore yang jika kita maknai merupakan waktu kematian dimana matahari telah terbenam. Kematian Itu juga dipertegas pada dedaunan dengan warna hijau kusam dan kering. Makna dari karya ini bisa dengan jelas didapat pada bagian dari deskripsinya yaitu: tirani otoritas yang manipulatif dan eksploitatif membunuh nilai dan mimpi kebangsaan. Rakyat seperti mati dalam gamang setiap saat. Problem kebangsaan, mimpi keidealan tentang rakyat dan segala isu serta rencana diusung dan juga dipertentangkan. Lama kehidupan seperti hanya sibuk, sesak dan mabuk dengan teks, dengan kata hingga pada situasi dan ruang tertentu tampak yang ada hanya kata-kata. Tidak lebih dari tumpukan omong kosong. Kata-kata hanya seperti ditunggu untuk memulai keajaiban di republic ini. Jiwa-jiwa elit dan rakyat seperti tersesat dalam idiot yang disadari dan hidup dengan segala kata-kata yang merayu, mengintimidasi, menyembuhkan, bermain dan sekaligus menghancurkannya. Dalam sunyi marginal harapan itu tak dikenali lagi, tapi hidup.
- Lukisan berjudul “Wakil Republik” karya Muh. Fadli Saleh. Lukisan tersebut mengilustrasikan wujud sifat dari wakil rakyat. Terlihat penampakan setengah badan seseorang yang berdiri sendiri, berkepala labu halloween yang terlihat menyeramkan dan sedikit lucu, menggunakan jas putih terlihat bersih diluar seperti halnya pencitraan, di baliknya ada tubuh yang gelap hingga tak terlihat. Dasi yang digunakan penuh dengan sapuan garis warna yang saling menimpah menjadi motif berantakan. Deskripsi karya yaitu: Wakil republik, mereka diantara boneka, lelucon dan terror. Sebagian besar para wakil republik tidak bekerja untuk rakyat, mereka bekerja untuk diri sendiri atau penguasa yang lebih tinggi darinya. Mereka tak lebih dari boneka penguasa atau pengusaha. Tak jarang juga kita melihat mereka melucu melebihi para pelawak, namun lelucon yang lahir dari usaha pencitraan diri dan berakhir pada penderitaan rakyat. Dan tak jarang juga kita melihat para aparat yang seharusnya menjaga keamanan, namun menciptakan terror bagi masyarakat demi memenuhi ambisi segelintir orang. Wakil republik saat ini, entah bagaimana di masa depan.
- Lukisan berjudul “Rajin Pangkal Kaya”, karya Fandhyzul. Sebuah ilustrasi yang menggambarkan pria bertubuh besar sedang melahap uang dengan paksa. Karya ini bermaksud dengan jelas tentang kerakusan manusia. Deskripsi karya yaitu : Sebuah momen yang dimanfaatkan secara maksimal baik aktifitas positif maupun negatif akan berakhir dengan ketidakpuasan setiap individu manusia. Contoh kecil yang sudah menjadi rahasia umum dan terasa sampai sekarang adalah masalah pemerintahan. Dimana keserakahan atau ketidakpuasan dalam memangkas keuangan Negara. Meskipun sifatnya personal. Hal ini seakan menggambarkan orang tersebut memakan uang paksa.
- Lukisan yang berjudul “Journey” karya Kika. Di dalam lukisan terdapat pohon besar kering. Tubuhnya berlubang mengeluarkan jalur kereta. Kereta yang berjalan berliku dari atas mentari turun kebawa melewati pepohonan dan jalur yang ditopang oleh manusia yang terlihat lemah dan disebelahnya terdapat bendera kecil merah putih. Fokus objek karya ialah kereta itu sendiri yang bersimbol kereta. Lukisan ini mencoba menyampaikan sebuah perjalan dari perjuangan melewati segala yang menghalangi di depannya, ialah pohon kering dan manusia yang berjuang memberikan jalan. Sebuah perjalan bangsa yang panjang menempuh segalanya. Adapun deskripsi dari karya yaitu: Bangsa ini berkembang, perjuangan masih sama, perjalanan panjang dari sebuah perjuangan justru meratakan semuanya, melewati apapun yang diinginkannya.
- Lukisan yang berjudul “Rebut Kuasamu, Tidak Hatiku”, karya AH. Rimba. Lukisan yang memperlihatkan sosok wanita kecil yang sedang memeluk simbol hati. Karya yang secara lansung menggambarkan judul karya. Warna objek wanita hitam putih beserta latarnya yang dilengkapi dengan warna merah hati sebagai pusatnya. Sapuan kuas dan palet yang khas memberi kesan getaran perasaan seniman bagi penikmat. Selain itu ekspresi wajah dari wanita dan lengan yang begitu erat memeluk hati memperlihat tekad kuat dalam menjaga hatinya. Karya yang sangat romantis. Adapun deskripsi karya yaitu: Rumahku….keluargaku….adalah sebuah negeri (republik) yang besar. Pemerintahan, aturan, emosional dan adab yang mesti dijaga. Sepantasnyalah memulai dari yang kecil untuk membangun negeri yang besar. Jika engkau buat negerimu untuk kuasamu, maka tak ku izinkan kau bicara tentang hatiku!.
- Lukisan yang berjudul “The Planet Over Power” karya Komets. Karya yang menampilkan lingkaran peluru, kekerasan dan kungkungan. Jika diamati, karya ini mencoba memberitahu bahwa kita belumlah merdeka, merdeka dari lingkungan dan juga merdeka dari diri sendiri. Pada peluru-peluru yang melingkari di sana, terdapat bentuk segitiga yang menurut seniman ialah terkurungnya pikiran. Di luarnya ada hamparan langit biru dan juga merah yang juga masih terkurung dan penuh dengan coretan-coretan atau ungkapan “terbelenggu” oleh sudut-sudut di sekitarnya. Kita bisa merasakan adanya pembatas-pembatas itu.
- Lukisan yang terpajang instalatif, berjudul ”The Revolution is”. Karya Zam Kamil pada sebilah gergaji tua yang di kedua sisinya berisi lukisan-lukisan khas si seniman dan berbagai ungkapan tentang revolusi. Adapun bagian dari deskripsi karya: Sesuatu yang runcing dan tajam, seperti gergaji. Jika ia menancap ke leher adalah sesuatu yang berbahaya dan mengerikan. Tetapi kalau ia berlaku sewajarnya, maka akan tampak pesonanya.
- Karya instalasi yang berjudul “Konferensi Meja Ayam” karya Sombala Art. Karya yang menampilkan daging ayam tertusuk oleh berbagai macam jenis pisau. Karya ini merupakan hasil dari performing art yang ditampilkan pada pembukaan pameran 28 Agustus 2022. Karya dengan jelas memberi pesan tentang keserakahan. Terlihat ayam sebagai satu makanan namun ada banyak kerumunan pisau yang ingin membelahnya. Jika satu orang namun menggunakan banyak pisau, sangat berkesan serakah dalam penggunaan alat. Jika pisau itu berasal dari banyak orang, itupun juga serakah. Sebab semua orang memiliki bagiannya masing-masing tanpa harus mengambil yang bukan bagiannya.
2. Harapan publik
Pada tema ini, karya yang terpamer menceritakan harapan, berisi semangat kebersamaan sebagai warga publik.
- Ilustrasi yang berjudul persaudaraan “Sebangsa Setanah Air” karya Prof. Abd. Aziz Ahmad, M.Pd. Karya kaligrafi yang khas dikelilingi hewan-hewan imaji seniman. Di dalam tulisan berisi kalimat ajakan membangun ialah “ayo semangat ukhuwah warhaniyah, kita tingkatkan kreativitas, persaudaraan sebangsa dan setanah air. Harga mati”. Karya dengan medium tinta cina di atas kertas ini, selain bercerita juga memberikan ajakan semangat kebersamaan.
- Lukisan yang berjudul “Menjaga Harapan”, karya Muhlis Lugis. Karya grafis cukil kayu milik Muhlis yang bertransformasi. Umumnya, karya Muhlis hanya berwarna hitam dan kini seniman tersebut mencoba menghadirkan teknis baru dengan memberikan warna lain pada karyanya. Tujuannya ialah mengeksplorasi gaya baru, dengan melakukan pewarnaan dengan menggunakan cat air. Adapun pesan yang ingin disampaikan, kita bisa menarik kesimpulan dari objek utama sang penjaga harapan yang diasosiasikan ke dalam objek kucing yang sedang menjaga keranda sembari tertidur di atas sehelai daun pisang. Di baliknya terdapat kain yang melekuk, padanya terdapat keunikan dari lekukan kain yang membentuk telinga. Kucing yang tertidur tapi tetap terjaga mendengar. Di lain kesempatan sangat menarik jika kita telusuri lebih jauh karya ini, ada banyak misteri yang perlu digali darinya.
- Lukisan yang berjudul “Mentari” karya Saipal. Sebuah karya yang menggunakan media yang sama dengan Muhlis Lugis, ialah seni grafis cukil kayu. Konsepnya juga berbicara tentang harapan. Harapan itu dapat kita lihat dari bunga matahari pada gambar. Harapan pastilah hal-hal baik, itu tercermin dari lingkaran bunga matahari dimana terdapat bayangan kumpulan manusia dengan ekspresi tubuh yang bahagia. Bunga yang memiliki kelopak layu diatas dan mekar di bawah. Pesan yang dapat kita tangkap dari karya ini, ialah sebuah harapan kebahagiaan, dari yang layu menjadi mekar (sebuah revolusi). Untuk lebih jelasnya, maksud dari harapan itu terdapat pada bagian deskripsi seniman yaitu: Penggambaran bunga matahari dalam sebuah karya memiliki banyak makna dan isyarat. Di negeri eropa bunga matahari memiliki makna kebahagiaan, keindahan dan rezeki yang luas. Hal ini juga sesuai dengan tajuk yang diangkat yaitu revolusi esok pagi. Dimana dalam Bunga matahari menggambarkan dua fase adalah masa lalu dan masa depan. Bentuk penggambaran dua fase tidak lain sebagai bentuk dari revolusi yang nyata dan akurat mengenai masa yang dilalui dalam kehidupan. Masa lalu yang berkesan layu menuju masa depan yang cerah. Pada bagian objek utama terdapat sekelompok manusia yang menginginkan hal lebih baik dari sebelumnya. Adapun bagian bawah objek manusia terdapat gambaran ombak yang dimaknai sebagai tantangan dalam hidup. Adapun objek pelengkap dalam karya yang menunjukkan latar belakang angkasa yang dimaksud sebagai harapan perubahan seluas angkasa yang tak berbatas ruang dan waktu. Sebuah hakikat dari revolusi yang berarti perubahan total dan besar pada sebuah masa.
- Lukisan yang berjudul “Mata Bunga”, karya Nur Sakinah yang juga berbicara tentang harapan dari bunga. Terlihat tiga bunga bersembunyi dan satu bola mata dalam lubang yang gelap. Di Bibir lubang terdapat sebuah tekstur remuk dengan warna kuning kecoklat-coklatan memberi kesan tua dikikis waktu. Pada bola mata bermaksud untuk menampilkan ketidak-butaan. Pada bagian ini dapat kita ketahui pesan karya dengan mengetahui deskripsinya yaitu: Bunga bukanlah objek yang dilarang ini dan itu, tidak boleh begini begitu. Bunga ada dan berlipat ganda dalam pikiran, ia tidak buta.
- Lukisan yang berjudul “The Proklamator” karya Caman. Karya portrait Bung Karno yang sedang tersenyum. Warna pada karya berkesan gelap dan mistis. Karya ekspresif yang menerapkan gradasi warna biru, hijau dan kuning kecoklatan. Selain itu ada beberapa kesan tarikan garis spontan vertikal pada objek sebagai gaya khas dari seniman. Maksud dari karya ialah untuk memperlihatkan satu sosok tokoh hebat ialah Bung Karno yang patut untuk kita teladani sebagai pemimpin hebat. Seorang tokoh dengan semangat juang yang besar, kecerdasan, kepemimpinan yang mampu merangkul seluruh rakyat Indonesia.

- Lukisan yang berjudul “Indonesia Hero”. Sebuah lukisan portrait pahlawan pejuang Indonesia berjumlah 12. Medium yang digunakan, pensil dan piring sebagai permukaannya. Tokoh pejuang itu di antaranya Cuk Nyak Dien, Tuanku Iman Bonjol, Teuku Umar, Sultan Hasanuddin, KH. Muhammad Hasyim Asyari, Kartini, KH. Ahmad Dahlan, Pangeran Diponegoro, Pattimura, I Gusti Ngurah Rai, Pangeran Antasari dan IR Soekarno. Karya ini ingin menampilkan tokoh yang dapat kita jadikan teladan dalam perjuangan republik Indonesia serta semangatnya dalam membangun bangsa.
- Ilustrasi berjudul “Nyaman” karya A. Muh. Fatwa. Karya yang menampilkan seorang wanita terbaring di hamparan taman bunga, tepat di atas terdapat burung putih yang sedang mendarat dan membawah sehelai padi yang berchaya di paruhnya untuk sang gadis. Sehelai padi bercahaya melambangkan sebuah harapan pada perdamaian yang terang. Karya tersebut dapat dikategorikan sebagai seni ilustrasi dalam bentuk digital painting. Dengan karakter gambar kartun. Pesan yang dapat kita tangkap ialah harapan seniman tentang sebuah hidup yang damai dan tentram bukan manusia yang senang berperang begitupun dengan alam akan polusi lingkungan.
- Lukisan yang berjudul “Padamu Negeri” karya Taufik. Lukisan yang menampilkan imajinasi sebuah gumpalan tanah yang ditumbuhi pohon besar. Di atasnya terdapat siput dan dua simbol bintang dan kepala banteng. Lukisan yang menggunakan media kertas dan cat akrilik yang memberi kesan warna cemerlang. Jika kita melihat beberapa objek yang hadir, siput sebagai objek utamanya. Siput disimbolkan sebagai Negara. Negara yang bergerak walaupun lambat seperti siput. Selain itu juga dapat menjadi simbol kemesraan di desa Mallang. Bagi si seniman, desa Mallang merupakan kampung si seniman yang sering mengalami banjir bandang. Ketika banjir datang, siput selalu hadir dan bertelur saat air makin tinggi. Hal tersebut membuat siput menjadi ikon dalam ingatan si seniman. kebertahan siput saat banjir melanda menjadi semangat warga desa Mallang sebagai warga negara untuk terus hidup mengabdi sebab Indonesia merupakan jiwa raga warga.
- Lukisan berjudul “Jiwaku” karya Hadi Wijaksono. Karya yang menampilkan seorang anak muda bertelanjang dada duduk di atas rerumputan memegang sang saka merah putih. Pada karya tersebut seniman mencoba menyampaikan identitas generasi muda. Di Era globalisasi semakin pesat di mana teknologi melahirkan dunia digitalisasi yang mampu menjerumuskan generasi yang radikalisme, rasisme, lebih memilih budaya luar ketimbang budaya sendiri walau begitu identitas sebagai rakyat Indonesia masih-lah ada, masih ada kecintaan terhadap negara di dalam jiwa pemuda republik Indonesia.
3. Wajah publik
Adapun beberapa karya yang hanya menampilkan wajah kondisi publik dari kota, rumah dan pikiran-pikiran manusianya sebagai berikut

- Mukisan yang berjudul “Fajar Building” sketch karya Muhammad Alfian NNasrullah. Karya yang menggambarkan sisi gedung kota Makassar yaitu gedung kantor Fajar menggunakan media kertas dengan pen dan cat air. Fajar merupakan sebuah perusahaan media surat kabar harian yang terkenal di Makassar. Kantornya berdiri sejak tahun 1981 bernama Graha Pena. Salah satu gedung tertinggi dan ikonik di kota Makassar. Lukisan keduanya berjudul Makassar historical building yang menggambar Benteng Rotterdam. Benteng ini juga merupakan salah satu situs bersejarah dan ikonik kota Makassar.
- Lukisan yang berjudul “Potret Kota Makassar” karya Julian Garninda Guntur. Karya yang menggambarkan ruang publik kota Makassar Medium yang digunakan berupa kertas dan cat air. Seniman mencoba mengabadikan suasana pesisir dan hiruk pikuk kota Makassar. Pada lukisan, terdapat pelabuhan Paotere dan tempat nongkrong SS Coffee Space yang digambar dengan cepat dan spontan.
- Lukisan yang berjudul “Pelakon” karya Muh. Fasli Kadir. Lukisan mix media yang mencoba menawarkan kita untuk menyatu dengan karya, di mana pada karya terdapat objek berupa cermin yang dipersiapkan untuk penikmat bercermin melihat diri dan mengajak menjadi diri sendiri. Karya yang terbuat dari sapuan warna yang ekspresif, merupakan gejolak perasaan seniman yang mencoba mengekspresikan pribadi diri sebagai pelaku seni yang selaku rakyat bagian dari publik. Menurut seniman, karya yang ia hadirkan untuk dikonsumsi publik sebab seni untuk rakyat.
- Lukisan berjudul “Asing” karya Rasdiana H Tihala. Lukisan yang menggambar suasana sudut kota yang sepi, terdapat seorang pemuda berjalan menyusuri lorong dengan sepinya. Maksud dari karya ialah mencoba menyampaikan bahwa dalam keterasingan yang sepi seseorang mampu bertahan hidup dan menjadi lebih baik.
- Lukisan berjudul “Siulan”, karya dari Nur Sakina. Karya yang menggambarkan manusia yang terlihat sedih dengan bibir bersiul dipenuhi goresan warna yang saling bertabrakan. Karya ini mencoba menyampaikan pesan bahwa kebanyakan orang di sekeliling kita masih menganggap bahwa kekerasan seksual hanya perkara kekerasan fisik tapi lupa dengan kekerasan verbal baik lisan maupun tulisan.
- Lukisan berjudul “Potret Ibu” karya Nur Sakina. Gaya ekspresi yang unik dengan menampilkan wajah yang bagian-bagiannya terpisah satu sama lain. Selain itu secara samar kita merasakan ada bentuk tubuh bayi. Karya ini membawa kita masuk ke dalam ruang imajinasi atau mimpi sekejap, di mana objeknya terlihat jelas dan ada yang samar-samar, serta terlihat bayi yang baru pertama kali melihat dunia. Dalam deskripsinya, seniman menuliskan bahwa kita semua mencintai ibu, ia adalah bahasa yang paling pertama kita pelajari, namun bahasa mayoritas dunia justru menjadikannya objek.
- Lukisan yang berjudul “Momen Ditemani Kucing” karya Nur Sakina. Melihat lukisan tersebut, seperti merasakan aliran ekspresionis di Eropa. salah satunya Edvard Munch. Pada lukisan terdapat anak muda bersama kucingnya mengisi hari di waktu senja. Dalam deskripsi seniman mencoba menyampaikan bahwa di saat semua hal terasa jauh sekaligus tenggelam, hanya kucing yang menyelamatkan kita dari kematian-kematian kecil.
- Lukisan berjudul “Bocah Cadel Lampu Merah” karya Andi Afif Rofif. Karya yang menggambar suasana publik dengan ekspresif, gaya lukisan yang menarik dan tekstur garis yang khas dari seniman pada objek yang dihadirkan. Objek karya terdapat gambar tangan meminta uang di dalam lingkaran matahari yang berarti hanya itulah harapan si bocah untuk bertahan hidup. Terdapat lampu jalanan yang menyala menandakan waktu malam. Ada objek kuas yang tergeletak, di atasnya terdapat simbol “z” (tidur), di antaranya ada bulatan-bulatan gelap ialah debu dan bertuliskan “super”. Jadi dapat kita bahasakan sebagai seorang bocah tertidur di malam hari walau penuh debu di jalanan, ia tetap pulas. bagi seniman bocah itu super. Kita juga dapat menafsirkan karya ini dari lagu morfem yang berjudul “Bocah Cadel Lampu Merah” yang merupakan inspirasi seniman dalam menciptakan lukisan tersebut. Adapun karya ke 2-nya berjudul “Alternative” yang juga menampilkan wajah publik.
- Ilustrasi yang berjudul “Nelangsa” karya Rizqi Ramadhan. Karya yang menampilkan mata yang sedang menangis, di dalamnya berisi kota dan desa. Mata tersebut bersedih melihat penampakan publik baik di kota maupun di desa. Karya ini hanya menggunakan medium pensil dan kertas walau begitu dengan cepat kita mengenal maksud di baliknya ialah kesedihan manusia atau rakyat melihat kondisi kota dan desa. Adapun maksud dari pesan si seniman, ialah walau peristiwa berat menimpah seperti covid kemarin, kita tidak lupa bahwa ada yang masih saling menguatkan walau ada juga yang mementingkan diri masing-masing.
- Lima lukisan yang berjudul “Kedigjayaan”, “La Tea Sisala Maja”, “La Tea Tenri Weta”, “Allah Yaddu”, “La Taring Tellu” dan “La Tenri Bali” karya Iswan Bintang. Karya yang sangat khas dari seniman ialah gambar badik yang dihadirkan dalam bentuk yang sederhana dan ekspresif dengan semprotan warna-warna muda menyala dan garis-garis penegas yang spontan serta terdapat teks kalimat pada karya yang menerangkan arti jenis badik dari masing-masing lukisan. Karya tersebut mencoba memberikan pemahaman tentang bentuk-bentuk badik yang memiliki arti berbeda. Berbeda motifnya berbeda pula maksud, pantangan dan penanda dari keris.
- Sembilan lukisan digital karya Muhammad Suyudi. Karya yang ditampilkan berupa digital painting dengan menampak karakter imaji di jendela rumah. Sembilan lukisan menyatu menjadi satu. Jika dilihat karya ini mencoba memberi pemahaman kepada kita tentang rumah yang terdapat pada tanda jendela. Sebuah rumah yang melindungi, membentuk dan tak pernah meninggalkan dan mengkhianati. Sedangkan karakter imaji adalah hasil pikiran bebas. Rumah ialah diri kita sendiri maka jangan takut untuk melepaskan pikiran kita.
- Lukisan berjudul “Perspektif” karya Muh. Faisal. Lukisan yang menampilkan enam kacamata dalam posisi memandang batu dadu. Setiap kacamata menampilkan sudut pandang yang berbeda. Tetapi sudah berdasarkan judul lukisan ialah perspektif. Berdasarkan apa yang dikatakan seniman dalam deskripsi yaitu: Perspektif ialah di mana manusia yang memiliki sudut pandang atau penilaian masing-masing dalam memilih opini dan mempercayai suatu hal tergantung dari mana melihat dan menilai. Secara langsung karya tersebut ingin menyampaikan tentang perspektif dengan cara yang begitu jelas terlihat dalam lukisan, objek utama yang dijadikan sebagai objek utama ialah batu dadu itu sendiri. Sedangkan beberapa kacamata menghasilkan perspektif yang berbeda-beda dalam melihat batu dadu.
- Video mapping yang berjudul “Negeri Warna-warni” karya Danar Handaka. Karya menarik yang memadukan desain, arsitektur dan teknologi multimedia. Hadir lewat sentuhan penggunaan cahaya yang ditembakkan pada media kubus putih layaknya sinar proyektor. Karya tersebut mencoba menampilkan maksud dari warna-warni dari negeri dengan segala perbedaan.
Dari beberapa karya seni rupa yang telah dibahas secara singkat dan simultan berdasarkan data yang dikumpulkan terdapat beberapa pembagian jenis karya yaitu seni lukis, ilustrasi, grafis dan instalasi. Karya menggunakan gaya ekspresionis, surealisme dan realis. Ada beragam medium karya namun sebagian besar karya menggunakan medium kanvas dan cat akrilik, kertas dan pen serta pensil. Jika diamati dalam perjalanan seni rupa akhir ini, para perupa dalam karyanya mulai menitik berat pada gagasan yang konseptual dan berisi, bukan karya yang abstrak tanpa adanya bentuk kenyataan, tapi lebih kepada sebuah pengilustrasi ekspresi gagasan imajinatif yang memicu kreativitas. Sebuah peningkatan terutama pada seniman muda yang terlibat dengan keanekaragaman karya yang ditampilkan. Menariknya keberagaman tersebut menjadi warna-warna baru dalam perjalanan senirupa Sulawesi Selatan. gagasan yang hadir terbagi ke dalam tiga tema yaitu keresahan, harapan dan wajah publik.
Merespon kondisi publik dalam sebuah pameran seni rupa merupakan cara yang cerdas untuk mengintervensi perhatian masyarakat. Dengan tema karya dan keberagamannya mampu menarik dan menyadarkan kita tentang perbedaan identitas sebagai individu serta rasa kesatuan sebagai bagian dari publik. Identitas individu pastilah berbeda dan beragam dari latar, persepsi, pendapat dan kepentingan namun dibalik keberagaman pasti memiliki persamaan sebagai seniman, rakyat, publik dan identitas nasional yaitu republik.
Makassar, 03 Oktober 2022
Katalog REVOLUSI ESOK PAGI #3 - REPUBLIK dapat diakses secara, pada tautan di bawah.





Komentar