Seni Intalasi Sebagai Media Refleksi dan Edukasi
- merupajalanseni
- 12 Nov 2022
- 3 menit membaca
Diperbarui: 27 Nov 2022
Galang Mario

Berbicara seni rupa di Makassar, berbicara tentang keragaman warna kesenian dari tiap senimannya yang juga merupakan kekayaan budaya Makassar itu sendiri. Seniman Makassar selalu menyuguhkan karya-karya menarik dan menggugah, salah satunya ialah seniman yang bernama Budi Haryawan. Seniman kelahiran Makassar yang selalu menghadirkan karya indah baik dari segi teknis visual maupun konsep yang membuat kita berpikir dan takjub ketika tahu artinya. Seperti beberapa karyanya yang menampilkan keindahan alam sederhana, apa adanya, namun sarat akan makna.
Lukisan pemandangan ciptaannya selalu memuat tiga unsur yaitu rumah, jalan dan pepohonan; tanpa ada manusia. Tiap unsur masing-masing memiliki arti. Dalam wawancara, Budi mengatakan, āSaya tidak melukis manusia sebab ke tiga unsur tersebut merepresentasikan manusia yang hadir dalam lukisan pemandangan sayaā. Ketiga unsur itu tak pernah lepas dari manusia, seperti jalanan sebagai perjalanan hidup; rumah sebagai tempat tinggal kita, tempat persinggahan, tempat kita berkeluh kesah, bercerita, berlindung; dan pohon sebagai tempat berteduh. āManusia belajar untuk terus tumbuh dan berdiri kokoh layaknya sebuah pohonā, kata pria yang juga piawai bermain musik disela-sela kesibukannya menyelesaikan pesanan lukisan tersebut.
Dalam pameran bersama MAIM bertajuk Leang-leang Spirit: Melampaui Rupa, Memaknai Nilai Sejarah, pada tanggal 19 Desember 2021, Budi Haryawan menampilkan karyanya yang berjudul āJalan Menuju Kepunahan, Berliku dan Bikin Ketagihanā. Karya yang memiliki tujuan, sebagai refleksi dan edukasi bagi kita tentang arti dari jejak dalam kehidupan. Sebuah gagasan yang dihadirkan dalam bentuk karya seni instalasi.
Perkembangan seni rupa telah mengalami kemajuan seiring perkembangan teknologi. Kini yang sangat digandrungi adalah seni kontemporer dalam wujud instalasi. Seni instalasi merupakan sebuah karya seni atraktif dan interaktif dengan menyajikan visual tiga dimensi dengan pertimbangan elemen-elemen ruang, waktu, suara, gerak dan interaksi dengan penonton. Dalam pameran leang-leang spirit, Budi memamerkan karyanya dalam bentuk seni instalasi sebagai respon terhadap gua leang-leang maros, gua yang menjadi inspirasinya dalam berkarya. Karya tersebut menampilkan stertofom atau gabus yang dibentuk sedemikian rupa, berbentuk susunan batu saling menopang, berbentuk segitiga layaknya piramida dan menyerupai sarang. Berjumlah Sembilan buah dari terbesar hingga terkecil. Berjejer dan saling berdekatan , tiap bangunan berisi lampu yang memancarkan cahaya api di dalamnya.

Interpretasi dan makna karya
Jika dimaknai bentuk bangunan rumah primitif yang berjejer dalam karya sebagai warisan yang masih ada sampai sekarang, seperti Gua Leang-leang Maros, warisan tersebut tidak hanya berupa materi, adapun yang bersifat nilai kebaikan seperti halnya adat budaya yang terjaga turun temurun. Terlihat ukuran bangunan nampak dari bentuk yang terkecil hingga terbesar layaknya bangunan hidup manusia berawal dari terkecil hingga besar yang kian nampak seiring waktu dalam perjalanan hidup. Cahaya api di dalamnya dapat diartikan sebagai semangat hidup. Bangunan yang semakin membesar, namun cahaya di dalamnya kian meredup dan mati. Karya ini menyadarkan kita tentang fase-fase perjalanan hidup yang baik. Tak bisa dipungkiri semangat hidup manusia kian menurun seiring waktu namun karyanya seperti bangunan akan terus mewujud hingga menjadi peradaban atau jejak yang kita tinggal selama hidup dan menjadi bagian dari jejak masa depan. Kiranya jejak tersebut menjadi warisan untuk terus dirawat atau dilanjutkan oleh generasi penerus. Seperti peradaban manusia gua yang terdapat di Gua Leang-leang Maros yang masih ada sampai sekarang sebagai situs pra sejarah. Menjadi sebuah citra manusia yang terus berbuat lalu menyisakan jejak.
āInilah yang menjadi pertanyaan bagi kita, apakah kita akan seperti mereka yang meninggalkan jejak peradaan? Lalu, jejak apa yang dapat kita titipkan seperti halnya mereka dengan jejak tangan dan juga keindahan rumah gua yang masih ada sampai sekarang?ā, kata seniman yang senang menggunakan pisau palet dalam proses lukis itu. Selain itu karya tersebut juga berisi penyadaran bahwa kepunahan akan selalu ada. āAda hal yang tidak akan punah, ialah kehidupan itu sendiri. Maka hiduplah selagi masih hidup, jadikan dan nikmati hidup sebagai kehidupanā ungkapnya.
Sehabis cerita bersama Budi Haryawan tentang karya seni instalasinya, pertemuan tersebut menjadi sebuah pengingat dan penyadaran dalam memaknai arti jejak. āWaktu bergerak maju dan usia akan terus bertambah dalam kehidupan di dunia yang hanya sekali. Jejak apa yang telah kita buat selama hidup ? buatlah jejak yang baik!ā Bisikku dalam hati.
Karya tersebut menjadi refleksi dan edukasi dalam memaknai kehidupan. Mengingatkan dan mengajak kita sebagai manusia di muka bumi, untuk terus menebar kebaikan dan manfaat serta menciptakan jejak terbaik dalam hidup.





Komentar