top of page

Seni untuk Menengok Bara-baraya

Diperbarui: 27 Nov 2022


ree
Foto bersama pembukaan Artsociety.

Alif Aflah Yafie

Wacana penghadiran karya seni yang dapat diterima masyarakat umum, sejak dulu menjadi buah pembahasan di setiap kegiatan kesenirupaan. Tetapi akankah ada upaya dalam mempertemukan seni itu kepada mereka?


Seni tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Sebagai perwujudan dari kreativitas, manusia merangkai ide, gagasan serta kepercayaannya untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beragam dan khas. Dari keberagaman tersebut, manusia menciptakan fungsi dalam mendukung keberlangsungan hidup mereka secara individu maupun kelompok; begitupun dengan penciptaan benda sebagai objek seni.

Kesadaran atas seni atau kesenian tidak beriringan dengan hadirnya kemampuan manusia dalam mencipta. Dalam buku Art and Lavitation, M. Dwi Marianto menjelaskan bahwa ide atau gagasan tentang objek sebagai seni atau karya seni baru muncul bersamaan dengan mencuatnya konsep seniman pada abad ke-15 dan ke-16 di Itali, tepatnya pada zaman Renaisans. Awalnya karya seni dipahami sebatas pada lukisan, patung dan arsitektur. Tetapi seiring waktu paham atas apa yang dimaksud dengan seni itu terus meluas dan beragam.

Dalam seni, keberagaman adalah sumber daya dalam menciptakan kebaruan. Semakin beragam temuan maka semakin luas jangkawan potensi dan kemungkinan jelajah yang dapat dieksplorasi. Pada upayanya menangkap dan mengungkapkan realitas, keluasan memberi jalan untuk menemukan ide kreatif dalam keserbamungkinan.

Keterbukaan atas seni tidak tumbuh begitu saja. Untuk menciptakan lingkungan yang mendukung lahirnya kreativitas, dibutuhkan pemahaman atas pentingnya ruang dan toleransi sosiokultural oleh suatu kelompok masyarakat. Upaya membuka pemahaman dalam memandang seni tersebut dapat dilihat pada kegiatan yang diinisiasi Kelana Artspace dan Bara-baraya Project di Jalan Muhammad Yamin baru No.24, Bara-baraya Timur, Kota Makassar. Sebuah kegiatan kesenian yang ditujukan untuk masyarakat Bara-baraya, terutama yang bertempat tinggal di gang 24 B. Kegiatan tersebut bernama Artsociety.


ree
Poster Artsociety.

Ide kegiatan ini dimulai dari Kahfi, pendiri dari Kelana Artspace yang menyadari bahwa kesenian yang berkembang hingga saat ini menciptakan batasannya sendiri dengan kehidupan masyarakat. Menurutnya, kegiatan ini memiliki tujuan untuk memasyarakatkan kesenian. Dengan menggelar pameran karya rupa (pameran gang), sketsa bersama, memural gang yang biasanya hanya dilewati sepintas untuk tujuan masing-masing, mementaskan film-film indie karya sineas Makassar, dan live musik, sekiranya dapat memberikan jeda pada hiruk pikuk kehidupan yang setiap harinya dijalani. ā€œMenikmati karya seni itu tak perlu mahal cukup meluangkan waktu saja untuk menikmatinyaā€ ajaknya.

Karya seni sendiri memiliki ranah eksklusif yang tidak dapat dipahami oleh publik secara umum. Sebagai medium seorang seniman dalam mengejawantahkan ide dan pemahamannya pada sebuah konsep, karya seni dapat terbaca dan dipahami dari proses pengamatan dan rasa keingintahuan seseorang untuk mengungkap apa yang tersembunyi dari hasil pengindraannya terhadap sebuah karya.

Manusia sendiri sebenarnya memiliki kekayaan intelektualitas dan kearifannya masing-masing, itukah dari pengalaman yang telah dibangun sejak lama atau dari kesadaran-kesadaran yang telah dikumpulkannya secara kolektif melalui pengamatan dan pembacaan. Karya seni dapat berfungsi sebagai wadah menampung pengetahuan yang disebut sebagai makna, sekaligus juga sebagai objek pembacaan dalam menemukan kesadaran baru. Melalui pengamatan mendalam terhadap karya seni, seorang apresian dapat menemukan hal menarik dan baru dari apa yang nampak secara langsung ataupun tersirat. Proses pengamatan, apresiasi, kritik dan penilaian terhadap karya penting adanya, sebagai respon dalam proses bahasan karya seni.


ree
Respon masyarakat pada karya lukis yang terpajang.

Dalam Artsociety, respon masyarakat yang berlatar belakang beragam memberikan daya tarik tersendiri untuk dapat diketahui. Irwan AR atau akrab juga dikenal dengan sapaan Brutus, menceritakan bagaimana respon awal beberapa penduduk saat lewat dan menyaksikan hasil mural yang dikreasikan oleh gabungan mahasiswa ISBI Sulsel dan UKM Seni Budaya eSA, UIN Alauddin. Beberapa orang sempat mengapresiasi, dengan berkomentar bahwa lorongnya menjadi lebih indah. Adapun masyarakat yang sampai meminta agar kediamannya juga turut diwarnai, bahkan sampai di gang lainnya turut meminta. Masyarakat juga turut membahas karya yang ditampilkan, beberapa sempat mengkritisi karya yang menampilkan objek ilustratif ataupun ekspresionis dengan kata ā€œgambar tidak jelasā€ dan ā€œsusah dimengertiā€. Sempat juga ada karya mural yang diminta untuk diganti, dikarenakan menampilkan objek seram dan memberi suasana menakutkan di gang. Di lain pihak, anak-anak yang bermain di gang tersebut sempat mendiskusikan unsur visual dan kemungkinan cerita pada karya yang terpajang, bahkan menjelaskannya kepada orang-orang dewasa yang cenderung tidak paham.

Inisiatif masyarakat, terutama kaum ibuk-ibuk yang tergabung dalam kelompok Mamak-mamak Kepo terlihat dalam pegelaran ini. Usaha mereka dalam mengondisikan kegitan tetap kondusif, hingga menyediakan makanan bagi para penyelenggara, masyarakat dan tamu menjelaskan bahwa mereka bersemangat untuk bisa memberhasilkan kegiatan kesenian tersebut. Mereka secara spontan menyebut diri mereka sebagai panitia, walaupun kegiatan tersebut digiatkan untuk mereka. Salah satu ibuk yang tergabung dalam kelompok Mamak-mamak Kepo bercerita bahwa, setelah pandemi melanda, masyarakat belum pernah lagi mengadakan kegiatan atau acara kemasyarakatan. Sebelumnya sempat ada kegiatan rutin seperti lomba karaoke yang dibuat oleh salah satu penduduk gang, tetapi setelah sepeninggalannya kegiatan tersebut sudah tidak digiatkan lagi. Dengan adanya kegiatan ini, mereka merasa ada hiburan kemabli di lingkungannya, ada kegiatan lain yang dapat mengisi kekosongan setelah pulang kerja atau mengurus rumah.


ree
Suasana kegiatan Layar Tancap di hari kedua acara.

Dari kegiatan ini kita juga dapat menyadari, bahwa kreativitas dapat lahir dari keterbatasan. Pemanfaatan sepanjang jalanan dari muka gang menuju depan rumah Brutus sebagai tempat pemajangan karya rupa menjadi cara baru dalam melihat karya seni. Karya lukis yang biasanya hanya dapat ditemukan pada Artgallery atau di studio seniman, bisa dinikmati secara langsung saat keluar dari rumah. Inisiatif masyarakat untuk meminta karya yang hadir dapat dipajang di tembok atau pagar rumahnya. Tiang listrik dan tali jemuran dijadikan tempat untuk menggantung karya yang dipertimbangkan ringan. Di hari kedua, halaman Masjid Nur Islam yang biasanya dijadikan tempat parkir beralih fungsi menjadi tempat masyarakat melakukan layar tancap. Hari ketiga, jalanan menjadi tempat berkumpul untuk melaksanakan menggambar bersama di sore hari. Dan hari keempat, depan gang menjadi tempat para UKM Seni dan Budaya eSA melangsungkan life musik dan penutupan acara. Pembukaan kegiatan juga menjadi sorotan dalam menciptakan keramaian. Bersamaan dengan kemeriahan hari kemerdekaan Indonesia ke77, pemotongan pita ala pembukaan pameran resmi dilakukan sambil diiringi Tunrung Pakanjara’ oleh UKM seni Universitas Fajar.

Gang 24 B sendiri dapat dilihat bukan sekadar sebagai tempatnya orang lalu-lalang atau jalanan yang menyediakan mobilitas dari kepentingan seperorangan. Gang 24 B menjadi ruang yang melingkupi keintiman antar masyarakat yang bermukim di sana. Contohnya seperti kelompok Mamak-mamak Kepo yang menjadikan jalanan depan Masjid Nur Islam sebagai tempat berkumpul untuk sekader bercanda atau menceritakan keluh kesah mereka. Ada juga anak-anak yang memanfatkan tempat tersebut sebagai ruang bermain, dikarenakan tidak adanya fasilitas khusus untuk bermain anak, atau Ibuk Baya dan beberapa penduduk lain yang meyediakan keperluan pangan dan tambahan di warungnya. Masjid Nur Islam yang dibangun pas d itengah-tengah padatnya rumah pemukiman, juga memiliki peran penting dalam keberlangsungan sosial masyarakat. Bukan hanya sebagai tempat ibadah, masjid tersebut dimanfaatkan sebagai tempat memusyawarahkan masalah yang perlu diselesaikan bersama. Hadirnya Artsociety bukan hanya hadir membawa karya ke ruang lingkup masyarakat, tetapi mengangkat potensi dan nilai yang sebenarnya telah dimiliki sejak lama oleh ruang dan masyarakat Bara-baraya.


ree
Beberapa karya lukis yang terpajang pada tembok rumah warga berdampingan dengan hasil mural oleh kelompok Mahasiswa.

Brutus sebagai masyarakat asli gang, sekaligus kepala dari terciptanya Bara-baraya Project menceritakan, bahwa daerah tempatnya bertumbuh sebelumnya merupakan salah satu tempat di Kota Makassar yang terkenal dengan aktivitas kriminal. Dari pengedaran narkotika, tempat peperangan antar gang, hingga penyewaan demonstran. Brutus juga menceritakan bahwa peran mahasiswa dan pemuda dalam ruang lingkup kemasyarakatan memiliki peran penting, terutama dalam menumbuhkan kesadaran untuk menciptakan keterhubungan antara masyarakat dan ruang lingkupnya lebih baik. Kegiatan ini baginya dapat menjadi poin untuk mengembalikan Bara-baraya sebagai tempat tinggal yang lebih aman.

Jamaluddin Ancok dalam jurnalnya yang berjudul ā€œModal Sosial dan Kualitas Masyarakatā€, menjelaskan bahwa transisi antara masyarakat industri menuju masyarakat informasi memiliki dampak merenggangnya ikatan sosial dan lahirnya penyakit sosial. Dampak tersebut dapat kita lihat dari semakin berkurangnya kedekatan emosional yang terjalin secara langsung atau tatap muka, dan selanjutnya digantikan dengan beralihnya perhatian pada dunia maya atau media sosial. Akibatnya angka kejahatan semakin meningkat, maraknya anak lahir di luar nikah, semakin berkurangnya kepercayaan dan perhatian antar sesama dan semakin banyaknya toleransi dalam menindaki perilaku kejahatan.


ree
Hasil sketsa potrait anak-anak Gang 24 B yang digantung pada jemuran warga.

Kebersamaan yang masih terjalin di antara masyarakat sebenarnya memperlihatkan kepada kita, bahwa Gang 24 B ternyata masih memiliki modal sosial di dalamnya. Yaitu, jaringan hubungan sosial (social network) yang menggambarkan kumpulan keaktifan antar manusia atas dasar saling percaya, empati dan kesamaan nilai dan perilaku kerja sama antar komunitas. Dari pertemuan dan antusiasme dalam memeriahkan kegiatan Artsociety, sesungguhnya masyarakat memperlihatkan keterbukaan dengan kegiatan-kegiatan kesenian. Dalam kesibukan hari-hari kerja di Kota Makassar, masih ada orang-orang yang menyempatkan waktunya untuk bersosialisasi dan terhubung satusama lain. Berbicara dan tertawa bersama.

Beririsan dengan tujuan Kahfi dalam mendekatkan kesenian kepada masyarakat, Artsociety dapat dipandang sebagai penghadiran wadah kolaborasi masyarakat Bara-baraya dengan para seniman yang ikut terlibat. Walaupun awalnya masih dipandang sebagai kegiatan hiburan semata, namun apabila kegiatan tersebut dapat terus diberdayakan untuk memfasilitasi dan memantik kreativitas masyarakat, lambat laun masyarakat yang terlibat akan memiliki kesadaran sendiri atas potensi kreasinya masing-masing. ā€œKami ingin mengantar kesenian itu kepada masayarakat untuk bertumbuh, bukan malah menjauhi masyarakat dari kesenianā€ tandas Kahfi mengabarkan keberlanjutan Artsociety.


ree
Foto bersama peserta pameran gang dan mural, penyelenggara dan kelompok Mamak-mamak Kepo.

Artsociety juga penting memiliki tujuan untuk memfasilitasi dan mengorganisir minat masyarakat Gang 24 B dalam berkreasi secara mandiri. Masyarakat sendiri, sebagai kesatuan kelompok ataupun individu memiliki potensi dan keunikanya masing-masing. Adapun Kelurahan Bara-baraya, sama halnya dengan daerah lain, pasti memiliki kekayaan historisnya sendiri yang menarik untuk ditulis dan dikaji secara terbuka. Mendengar tujuan Brutus untuk menjadikan kegiatan ini sebagai titik mula pencatatan kebudayaan Bara-baraya dalam bingaki etnologi, upaya tersebut tentunya dapat dihargai dan didukung oleh masyarakat setempat bahkan pemerintah yang ngakunya peduli sama rakyat.

Seniman yang terlibat dalam pameran gang diantaranya, adalah Abd. Rasyid, Alif Aflah Yafie, Anshar Muyassar, Caman, Chabo’, Dangkers, Dhia, Dieters, Fatirsky, Jon Rahman, Hadi Wicaksono, Ipaat, Irsandy Muis, Irwan Ar, Kahfi Kelana, Minores, Muh. Fadly Saleh, Opal, Resha, Rizqi Ramadhan, Ummuh, Uga dan Zamkamil.


ree


Komentar


bottom of page